Bandung, 23:09 yang masih bercokol pada tanggal 21 November 2006.
Seharian sudah aku berharap, entah pada apa. Mungkin pada renik hujan yang mungkin mampir di tepian kaca jendela mobilku. Bisa juga sendja yang jatuh lebih cepat hari ini. Seperti ada sesuatu yang kutunggu.
Mengutip kata sukses yang diperbincangkan Dephii dan Sita, hari ini cukup menyenangkan. Perkembangan yang baik untuk distribusi Sub Rosa. Harga konsinyasi untuk QB Kemang dan MP sudah mencapai kata sepakat, tinggal menyiapkan surat perjanjian saja. Sub Rosa Poems pun akhirnya sudah merambah kota Bandung, dengan langkah awal di ZOE, Tobucil dan Potluck.
Perbincangan di akhir tengah hari cukup membuat saya sedikit terpingkal. Coba bayangkan dua orang dosen, yang satu pengajar kelas hukum (Dephii) dan yang satu kelas jurnalistik. Keduanya berada di satu mobil dengan dua orang penyiar, yang satu dari Female (Sita) dan yang satu dari OZ (Deehan). Gaduh dan bising di kubu belakang, dengan kegiatan menyimak serta menutup perbincangan dengan konklusi-konklusi yang sangat teoritis. What a lovely conversation if you know what I mean.
Beranjak malam, saya menemukan banyak pengharapan yang pupus. Bahwa warna abu-abu itu nyata, langit biru ternodai asap, air mata bisa tumpah begitu saja, dan manusia sungguh berubah walau dalam hitungan hari.
Harapan seperti sebuah busur panah. Melaju kencang membawamu menyibak udara yang mati, atau menjatuhkanmu ke belakang dan hanya teringat pada mimpi. Membuatmu kuat dan tahan banting, atau menjadikanmu anjing yang hanya jago kandang dan mempunyai buntut masuk ke dalam.
Hari ini saya harus memilih. Tapi saya merasa semua sudah dipilihkan untuk saya. Ujung jari tangan saya sampai pilu, sakit sekali rasanya.
No comments:
Post a Comment